TAK terbayangkan sebelumnya, menyusuri perairan bagian timur
Provinsi Jambi bisa seindah ini. Hutan mangrove yang lebat, air yang
tenang dan sore yang cerah, membawa kami ke nuansa itu.
Rombongan kami berjumlah 5 orang, berangkat dari dermaga kayu di Pasar Nipah
Panjang menuju Sungai Itik yang terletak di Kecamatan Sadu sekitar pukul 3
siang. Semula perjalanan ini cukup menyiksa. Udara panas, matahari bersinar
dengan garang. Mata kami menyipit menembus Sungai Berbak, melewati beberapa
pulau kecil seperti pulau Burung, Harapan, dan Tengah, menuju laut lepas di
Kecamatan Sadu. Jarak tempuh sekitar setengah jam itu terasa lama, ingin rasanya
segera mendarat di Desa Sungai Itik dan menyelesaikan tugas penelitian kami di
sana.
Usai wawancara dengan kepala desa dan tokoh masyarakat lainnya, serta mengambil
beberapa foto lokasi, kami pun kembali ke speedboat kecil yang kami sewa. Hati mulai merasa nyaman. Matahari tak lagi segarang tadi. Maklum saja, arloji
telah menunjukkan pukul 5 lewat.
"Kita harus cepat, boat ini tak ada lampunya," Iwan, guide kami berujar cemas.
Namun semburat matahari berwarna oranye di langit mendorong kami mengabaikan
peringatannya. Petang yang indah di laut lepas ini, yang entah kapan lagi kami
dapati, sayang dilewatkan begitu saja. Kami pun minta boat melambat, lalu
memotret bola raksasa di langit itu.
Di kiri kanan kami terbentang deretan pohon bakau yang konon terpanjang
di Indonesia. Di atas air yang kecoklatan, hijaunya daun pohon pidada dan api-api
berefek mendamaikan jiwa. Nun jauh di kanan kami, samar melambai Pulau
Berhala seakan mengucap salam perpisahannya.
Tidak seperti perairan di kecamatan Mendahara ilir yang dipenuhi rumah panggung
mengenaskan, rumah penduduk di sepanjang Sungai Berbak yang kemudian kami
masuki, tak terlalu buruk kondisinya. Dari 11 pulau yang masuk kawasan
Kelurahan Nipah Panjang 1, hanya dua pulau yang boleh dihuni.
"
Sembilan pulau lain masuk kawasan cagar Alam Mangrove, jadi tak boleh membangun
rumah di sana," kata lurah. M Yamin. Itulah sebabnya tak banyak rumah di
pinggir sungai.
Sebelum mendarat di dermaga, petang kami ditutup aksi terbang ratusan kalong di angkasa. Ternyata indah juga berwisata di hutan mangrove. Kami termasuk yang beruntung bisa menikmatinya. Pengunjung yang ingin ke sini harus merancang perjalanannya sendiri, seperti yang kami lakukan, karena sampai saat ini belum ada paket wisata yang dipromosikan untuk rute tersebut.(***)