Aku bertanya siapakah dirimu?
Seorang dengan kopiah di kepala atau laki-laki berkaos tembaga?
Engkau ada di setiap detik berlalu
Mataku gelap mendaki pikiran yang berkabut
Gundah namun aku harus terus melangkah
Sebab engkau darah dan nafasku
Hatiku merintih melihatmu merayap dan mengikis sebutir remah ditatap seribu mata
Tidak Nak, aku tak sanggup!
Akankah panas bara merentang selalu di bawah kakiku?
Dan terik raja merebus keringat di sela rambutmu?
Asaku berpacu menatap dirimu berbaju sutra dan tertawa mutiara
Sungguh ku tak kan minta lainnya
Menatap ke ujung jalan itu, hatiku berbisik lirih
Desau cemara tak kan bisa menghalau kumbang-kumbang
Sebelum kulihat dirimu tersenyum
Dan kopiah taqwa di kepalamu
(Untuk anakku fathur)