Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2012 yang akan dipusatkan di Provinsi Jambi akan menjadi kesempatan emas untuk mengenalkan budaya dan kerajinan unggulan daerah ini. Ratusan tamu dan pengunjung dari seluruh Indonesia dan luar negeri akan tumpah ruah ke Jambi, memadati hotel dan ruang pertemuan serta pusat-pusat perbelanjaan.
Layaknya orang yang berkunjung ke suatu daerah, pastilah mereka ingin mengetahui alam, budaya dan makanan setempat. Sekembalinya nanti, mereka tentu ingin membawa souvenir yang ringan dan menarik sebagai tanda mata yang mengingatkan akan kunjungannya ke tanah Jambi.
Bagi provinsi lain yang telah berpengalaman menangani even nasional seperti Sumbar dan Sumsel, ajang sekelas HPN pasti akan dimanfaatkan untuk meningkatkan jual beli di kalangan pengrajin dan pedagang di daerahnya. Bagaimana dengan Jambi? Apakah momen berharga ini juga dapat dimanfaatkan oleh para pengrajin dan pedagangnya mengingat selama ini cukup sulit mencari souvenir khas Jambi yang handy, terjangkau harganya dan menarik?
Sebenarnya cukup banyak kerajinan daerah Jambi yang dapat ditawarkan kepada tamu HPN nantinya. Salah satunya adalah batik Jambi. Motif batik Jambi sangat khas dan banyak ragamnya seperti Kepak Lepas, Cendawan, Batang Hari, Gong, Ayam, Matohari, Anggur, Duren Pecah, Kaco Piring, Kupu-Kupu, Pauh, Kembang Duren, Keladi, Angsoduo, Bayam Ginseng, Kapal Sanggat dan Atlas.
Sayangnya harga batik Jambi relatif mahal. Batik yang ditawarkan kebanyakan dalam bentuk lembaran kain atau baju. Padahal kalau dibuat menjadi dompet, tas kecil atau kipas, souvenir berbahan dasar batik Jambi itu bisa lebih handy dan terjangkau harganya.
Demikian juga dengan ukiran kayu betung yang cukup terkenal ke luar daerah Jambi, para pengrajinnya telah lama kehilangan gairah. Kios kerajinan kayu betung di sepanjang jalan Desa Pemayung kini terlihat sepi dengan barisan kayu ukir yang kusam dan berdebu. Desain ukiran itu ke itu saja dan harganya semakin mahal, konon karena bahan mentahnya semakin sulit diperoleh.
Selain kerajinan kayu dan batik, terdapat juga kerajinan perhiasan batu alam (sejenis akik). Diantaranya yang khas dan hanya terdapat di Jambi adalah batu Sarang Tawon. Namun karena kurangnya promosi dan masih rendahnya produksi, perhiasan buatan Jambi ini pun mahal harganya.
Syukurlah makanan khas Jambi seperti empek-empek, kerupuk kemplang, lempok dan dodol nenas telah dikemas menarik di banyak gerai di Kota Jambi dan toko di bandara Sulthan Thaha sehingga dapat menjadi oleh-oleh mereka. Walaupun jenis dan variasinya belum menyamai provinsi lain, cukuplah untuk dijadikan oleh-oleh.
Bila Jambi ingin menjadi tuan rumah yang menyenangkan serta memanfaatkan seoptimal mungkin momen berharga HPN, ketersediaan cendera mata khas Jambi harus diperhatikan dari sekarang. Masih ada waktu kurang lebih 7 bulan ke depan. Siapa yang mau memanfaatkan peluang usaha ini? Haloo Dekranasda Jambi...siapkah menjawab tantangan ini?(ARD)