DI
PENGHUJUNG tahun ini, Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf)
meluncurkan kepada publik 9 provinsi destinasi wisata syariah. Kesembilan
provinsi tersebut adalah Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, Makasar, dan Lombok.
Jambi kembali belum masuk ke dalam provinsi utama tujuan
Wisata Minat Khusus.
Sepanjang tahun ini, belum tampak catatan menonjol yang ditorehkan insan-insan pariwisata Jambi untuk menjual keistimewaan Jambi kepada publik tanah air.
Sepanjang tahun ini, belum tampak catatan menonjol yang ditorehkan insan-insan pariwisata Jambi untuk menjual keistimewaan Jambi kepada publik tanah air.
Pada tahun 2012, nama Candi Muara Jambi cukup
terkenal dan ramai dikunjungi, namun itu lebih disebabkan oleh adanya dua
perhelatan besar berkelas nasional yang diselenggarakan di provinsi ini; puncak
peringatan Hari Pers Nasional dan Perkemahan Pramuka Putri Nasional atau Perkempinas.
Di luar itu, hanya ada pameran foto, lukisan dan atraksi budaya kecil-kecilan yang
belum terpublikasikan secara luas sehingga tak mampu menarik wisatawan yang
lebih banyak.
Padahal sebagai destinasi wisata syariah, Jambi sangat
memungkinkan. Di sini ada masjid Agung Al Falah yang berbangun unik, berdiri di
atas istana kerajaan Sultan Thaha, yang kita tahu berjuang melawan imperialime
Belanda hingga terbunuh.
Di seberang Sungai Batanghari yang katanya terpanjang di
Pulau Sumatra itu, terdapat perkampungan Melayu yang memiliki sejarah tak kalah
tua. Di Seberang Kota ini, arsitektur rumah, kesenian, kerajinan dan kehidupan
para santri sangat bernafaskan Islam. Jauh ke atas, ke arah Merangin dan
Kerinci, juga terdapat masjid kuno dan ritual yang masih dilaksanakan oleh
masyarakat, semuanya tak kalah menarik.
Menurut Kementrian Pariwisata, sebuah provinsi dapat
menjadi destinasi wisata religi bukan hanya karena keberadaan situs, harus didukung fasilitas seperti hotel, salon dan
spa, bahkan pasar yang menjual komoditi yang bernuansa Islam.
Melihat kepada sembilan provinsi di atas, Jambi mungkin “kalah”
dibanding Jakarta, Sumbar, Banten dan beberapa provinsi lain dari segi daya
tarik situsnya. Namun dibanding Provinsi Lampung atau Riau, apakah Jambi tidak
lebih menarik?
Kelemahan Jambi terdapat pada fasilitas yang kurang
mendukung. Belum banyak salon, spa atau hotel yang mengutamakan nilai-nilai
Islam dalam melayani konsumennya. Kita juga belum punya pasar seni yang
menjajakan kerajinan tangan dan souvenir khas Jambi. Jangan sebut lagi soal
jalan yang… ya ampun buruk sekali.
Dari segi tren, generasi muda Jambi belum menonjolkan fashion
Islami. Kelompok Hijabers sudah ada, tapi mereka belum menemukan identitas
hijab yang khas, misalnya hijab khas melayu. Kuluk yang pernah dipopulerkan
oleh Ratu Munawaroh, dan sebenarnya sangat menarik serta mengandung filosofi, pemakaiannya kembali sepi.
Untunglah Gubernur Jambi Drs. Hasan Basri Agus memiliki
visi lumayan oke tentang wajah kota Jambi ke depannya. Dia telah memulai proyek
pembangunan Jam Besar di pinggir Sungai Batanghari tepatnya di Kelurahan Arab
Melayu, yang direncanakan akan berdentang setiap kali waktu shalat datang. Di menara tersebut akan dibangun pula
museum berisikan sejarah masuknya agama Islam ke Jambi serta kisah Islami
lainnya. Kehidupan pesantren di Seberang Kota juga dibenahi sehingga kawasan
itu kembali menjadi tujuan belajar para santri di seluruh pelosok Sumatra
seperti puluhan tahun lalu.
Jika rasanya terlalu berat untuk bersaing dengan 9
provinsi tujuan wisata syariah, sebenarnya Jambi masih punya “simpanan” lain.
Wisata hijau atau ecowisata. Ini didukung oleh keberadaan empat Taman Nasional;
Kerinci Seblat, Bukit Tigapuluh, Bukit Duabelas dan Berbak, geopark di Sarolangun, sungai dan danau yang
masih alami. Tinggal bagaimana melengkapi infrastrukturnya agar mudah dijangkau
dan tak terlalu makan banyak ongkos.
Masalahnya, konsep wisata apa yang dimiliki oleh Dinas
Pariwisata Provinsi Jambi saat ini? Apakah masih akan terus berkutat pada kontes
putri-putrian sementara provinsi lain bersaing keras untuk menjual daya tarik
yang mereka miliki? Apakah warga provinsi ini yang jumlahnya lebih dari 3 juta
masih akan terus disuguhi objek wisata yang itu-itu saja dan terpaksa berpaling
ke kehidupan mall atau pusat perbelanjaan?
Mari kita tunggu gebrakan insan pariwisata Provinsi
Jambi!