SUMBER daya laut
yang melimpah membuat Kabupaten Tanjung Jabung Barat terkenal sebagai penghasil
aneka makanan hasil olahan laut. Salah satunya adalah kerupuk udang. Secara
tradisional, hampir setiap rumah tangga di desa pinggir pantai membuat kerupuk
ini.
Keistimewaan kerupuk
udang keluaran Tungkal adalah rasa ikannya yang kental.
“Kalau kerupuk
daerah lain campuran tepungnya sangat banyak, kalau kerupuk buatan kami
perbandingan ikan dan tepungnya hampir sama,” jelas Acin, seorang pemilik usaha
kerupuk di Tungkal.
Usaha ini digelutinya
hampir 5 tahun dengan produksi bulanan mencapai 200 kg. Sebenarnya dia dan
istrinya siap untuk meningkatkan produksi kerupuk tapi pemasarannya belum ada.
Kerupuk buatannya
secara rutin dikirim ke Jambi, ditampung seorang pembeli yang kemudian menggorengnya
untuk dipasarkan di supermarket dan toserba di ibukota Jambiprovinsi tersebut.
Kerupuk buatan Acin
di jual Rp. 50 ribu per kg. Selain kerupuk dengan ukuran selebar setengah
telapak tangan, mereka juga membuat kerupuk kayu api. Pengeringan kerupuk masih
menggunakan sinar matahari meski di tempat usahanya yang merupakan fasilitas
dari Dinas Perikanan Tanjab Barat di TPI Parit 7 Kuala Tungkal, Tanjab Barat tersedia
oven.
“Oven hanya dipakai
kalau musim penghujan. Kami tak mau tergantung kepada oven karena susah
memperoleh bahan bakar gas di sini,” jelasnya.
Sampai saat ini
tidak ada masalah yang ditemui dalam proses produksi karena bahan mentah,
tenaga kerja dan ketersediaan cahaya matahari sangat mendukung. Namun untuk
pemasaran, mereka harus bersabar.
“Pemasaran kami baru
sampai ke Jambi. Kalau ke luar agak sulit karena harus bersaing dengan kerupuk
Sidoarjo Jawa Timur yang harganya lebih murah. Tapi kalau dibandingkan rasanya,
kerupuk kami lebih enak karena ikannya lebih banyak dan bebas bahan pengewet,”
papar Acin.
Untuk konsumen yang
tahu kelebihan kerupuk tungkal, pastilah akan memilih membeli kerupuk ini. Tapi
kalau pertimbangannya harga, tentu lain lagi ceritanya.