KEMACETAN
di Kota Jambi semakin parah saja. Permasalahannya ternyata tak hanya
terletak pada sempitnya ruas jalan, namun diperumit oleh prilaku
pengendara mobil dan motor yang tidak tertib, parkir seenaknya di
badan jalan, penjual kaki lima yang semakin bertambah sampai dengan
seringnya lampu lalu lintas mati di titik-titik tertentu dan di jam
paling sibuk.
Terhitung
ada beberapa lokasi yang sering membuat panik karena begitu masuk ke
sana, jangan harap akan keluar segera. Titik itu antara lain di
pertigaan masjid Nurdin Hamzah hingga kompleks sekolah Al Ahzar,
depan SD Negeri 47, sekitar SMA 5, depan sekolah Adhyaksa hingga ke
perempatan di Telanaipura menuju kantor Gubernur Jambi. Masih ada
titik-titik macet lain yang cukup panjang jika diuraikan di sini.
Waktu
macetnya pun bisa diprediksi, yaitu ketika anak-anak pergi dan keluar
dari sekolah, yakni pagi sekitar jam 07.00 – 07.30 WIB, siang
sekitar jam 13.00 – 14.00 hingga sore sekitar jam 16.00. Kondisi
ini terus berulang dan semakin parah hari ke hari.
Praktis
belum banyak yang dilakukan oleh Pemerintah Kota ataupun Provinsi
Jambi untuk mengatasi hal ini. Bahkan polisi yang mengatur lancarnya
arus lalu lintas sering tidak berada di tempat ketika pelayanannya
sangat dibutuhkan. Alhasil deretan antrian mobil makin panjang,
pengendara motor saling salib tanpa peduli akan mencelakai orang atau
merusak kendaraan orang lain. Wajah-wajah panik, marah dan kesal pun
terlihat di mana-mana. Pemandangan dan pengalaman yang langsung
merusak mood di saat kesegaran pikiran sangat dibutuhkan untuk
belajar atau bekerja.
Disadari
upaya memperluas ruas jalan bukan hal yang mudah. Keterbatasan
anggaran pemerintah sudah sering diungkapkan dan dijadikan alasan.
Jangankan untuk membangun jalan baru atau memperlebarnya, memperbaiki
jalan yang rusak saja pemerintah hampir tak berdaya.
Melihat
kondisi ini, mungkin kita harus mengubah rutinitas kegiatan kantor
terutama PNS di Kota Jambi. Jika ditelusuri, jalan semakin ramai
dikarenakan para pengguna memanfaatkan jalan pada saat bersamaan.
Pada pagi, siang dan sore puncak keramaian, waktunya bertepatan
dengan pegawai masuk kantor, istrirahat siang dan keluar dari kantor.
Misalnya saat ini ada sekitar 8 ribu PNS di Kota Jambi dan sekitar 4
ribu anak yang keluar dari rumah menuju sekolahnya, maka dapat
diperikirakan terdapat sekitar 12 ribu pengguna jalan pada pagi itu.
Itulah yang menyebabkan lalu lintas di Kota Jambi tak bisa selancar
dulu lagi.
Menyadari
hal ini, ada baiknya pihak berwenang di Kota Jambi merubah jadwal PNS
masuk kantor menjadi jam 9 pagi. Jadwal pulangnya bisa diperpanjang
menjadi jam 5 sore. Hal ini akan mengurangi tekanan arus lalu lintas
secara signifikan karena tidak berbenturan dengan rutinitas anak
sekolah.
Pengaturan
seperti ini sebenarnya tidak asing lagi karena telah berlangsung lama
di Jakarta dan kota-kota besar di dunia lainnya. Para pekerja di sana
memulai aktivitasnya pada jam 9 pagi sementara sekolah dan kampus
telah memulainya 2 jam lebih awal.
Dengan
pengaturan baru tersebut diharapkan orangtua yang pekerja atau yang
PNS memiliki waktu cukup untuk mengantar dan mengurus kebutuhan
sekolah anaknya serta mempersiapkan dirinya sendiri untuk bekerja
lebih baik, tanpa tekanan dan kepanikan terjebak macet di jalan.
Lompatan
kebijakan seperti ini diperlukan, terutama saat pemerintah kesulitan
mengumpulkan dana dan selalu kalah cepat dengan laju kerusakan jalan.
(Asnelly Ridha Daulay).