Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Jambi, Indonesia
wonderful life starts from a wonderful heart

1 Juni 2013

Bedak Wangi Mom


AKU semakin mirip Mom. Tak ada yang mengatakan itu, aku hanya merasakannya. Ketika tercium aroma bedak dari tubuhku, segar dan selembut bayi, aku ingat sering menciuminya dari tubuh Mom. Dia selalu bersih. Dia tidak tahan untuk tidak mandi segera setelah keringat menyapu tubuhnya. Mom suka beli kosmetik yang wangi, dan murah, karena sepanjang hidupnya dia tak pernah berlimpah uang.
Aku juga sesensitif Mom. Walau tak akan ada yang percaya karena aku tampak selalu berbinar-binar dan antusias. Aku sedih dan sering menyimpannya untuk diriku sendiri. Seperti Mom juga yang selalu tertawa dan ramah di acara arisan kampung kami. Mom akan pergi ke lantai dua rumah kami, merawat bunga-bunga di pot yang dicintainya, atau ke dapur membersihkan kulkas dan berusaha mengabaikan Pa yang barusan berkata keras kepadanya dan tidak peduli pada kecemasan-kecemasannya.
Mom seperti aku kini, yang kecewa karena tak bisa berbagi kesulitan dengan Dia yang menikahiku. Dia menganggapku bisa mengatasinya, meski suaraku bergetar mengisahkan kesulitanku. Orang berkata hubungan dalam perkawinan akan berubah menjadi pertemanan seiring bertambahnya waktu. Hubungan kami seperti itu. Dia seperti teman yang hanya bisa berdoa dan berharap aku akan baik-baik saja, melewati kesulitan dengan ketabahan. Aku mendamba lebih dari itu. Aku ingin Dia memelukku dan meyakinkanku bahwa kami akan berjuang dan melewatinya bersama-sama. Bukan hanya memintaku sabar dan ikhlas. Dia TAK MENGERTI dan aku benci memiliki suami yang menganggapku seperti teman. Apa gunanya bila aku pun bisa punya teman, di luar rumahku, mungkin bahkan lebih lembut dan baik hati dari pada Dia.
Aku mengancam? Bukan itu. Aku hanya takut kami tak bisa lagi saling memahami kesedihan masing-masing - kesedihan itu datang lebih banyak dari kegembiraan belakangan ini-. Kami akan bertemu banyak pria dan wanita, satu diantaranya mungkin akan menawarkan pertolongan yang aku butuhkan saat ini.
Seperti mom, hubunganku pun tak berhasil dengan anak laki-lakiku. Apakah nasib buruk juga diwariskan? Seraya menciumi aroma bedak dari tubuhku, aku berdoa semoga saja aku tidak membuat Dia dan anak-anakku jijik. Mungkin suatu hari nanti mereka akan datang kepadaku, mengucapkan selamat malam, memelukku dan diam-diam menyesap harum aroma bedak yang aku banggakan ini. Dan akan ada perdamaian diantara kami. (***)