Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Jambi, Indonesia
wonderful life starts from a wonderful heart

29 April 2011

MEMPERKUAT PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) UNTUK PEREMPUAN MARGINAL[1]


 
Problema kependudukan adalah masalah seluruh bangsa. Sungguh naïf bila masih ada yang berpendapat bahwa masalah kependudukan merupakan urusan negara semata. Tanpa kepedulian semua pihak, tanpa dukungan semua stakeholders bangsa ini, masalah kependudukan akan berkembang tak terkendali sehingga pada masanya nanti menimbulkan masalah yang amat kompleks di bidang ekonomi, sosial, politik dan pemerintahan.
Dibanding era 1980-an, terkesan telah terjadi penurunan perhatian dan dukungan pemerintah terhadap program keluarga berencana (KB), yang kemudian diikuti oleh kekurangpedulian masyarakat. Akibatnya sudah mulai dirasakan saat ini berupa adanya tanda-tanda bahwa berdasarkanSensus Penduduk Indonesia 2010, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 4 atau 5 juta lebih banyak dari perkiraan para ahli. Ini artinya  pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat kembali.[2]
Padahal program KB atau family planning sangat penting untuk mengendalikan ledakan penduduk, salah satu aspek kependudukan yang sangat mengkhawatirkan dunia. Penurunan perhatian ini sebagian disebabkan oleh terjadinya perubahan fundamental dalam penataan kenegaraan sejak diberlakukannya UU No 32/2004 tentang Otonomi Daerah yang memberi kewenangan lebih besar kepada provinsi dan  kabupaten/kota untuk mengatur dirinya sendiri.
Kewenangan lebih besar untuk mengatur provinsi, kabupaten atau kota berdampak pada keterbatasan wewenang Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan program KB. Keterbatasan Pemerintah Pusat tersebut seharusnya diimbangi dengan perhatian dan dukungan yang lebih besar dari Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota terhadap pelaksanaan KB di daerah masing-masing, namun kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh pemerintah daerah menyebabkan perhatian terhadap program KB berkurang.
Selain faktor pemberlakukan UU Otonomi Daerah, faktor kekurangpedulian masyarakat juga sangat mempengaruhi. Nampaknya masyarakat cepat lupa terhadap suatu program jika pemerintah tidak terus menerus menyuarakannya lewat media massa atau gerakan massal. Kepedulian masyarakat sulit untuk muncul dengan sendirinya atau bertahan dalam waktu lama, harus diungkit dengan gerakan semacam penyuluhan, pemberian insentif /kemudahan dan peningkatan sarana prasarana.
Sebagaimana kelaziman di negara berkembang, kaum perempuan di Indonesia sering berada pada posisi marginal atau pinggiran. Kemarginalan perempuan ini disebabkan antara lain oleh faktor budaya patriakhi, kemiskinan dan faktor psikologis dimana perempuan kerap menolak atau tidak suka menonjolkan diri atau mengemukakan pendapat pribadinya.
Dihubungkan dengan program KB, kemarginalan perempuan berdampak sangat besar terhadap program ini. Mengapa? Karena dari beberapa pilihan alat KB atau alat kontrasepsi yang tersedia, sebagaian besar ditujukan kepada perempuan.  Apa artinya semua alat KB yang canggih bila perempuannya tidak mengenal konsep keluarga berencana tersebut? Atau tidak memiliki wawasan serta kemandirian untuk memilih alat KB yang terbaik dan sesuai dengan dirinya? Atau keinginannya untuk berkeluarga berencana (berKB) tidak didukung oleh  keluarga atau lingkungannya?
Disadari tidak mudah untuk merumuskan program/ kegiatan KB yang dapat diterima semua unsur masyarakat. Program KB setidaknya harus mempertimbangkan kedaulatan bangsa, konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang ada dan priorotas pembangunan bangsa serta menghargai sepenuhnya pertimbangan religius, nilai etis dan latar belakang budaya bangsa, dengan tetap menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia yang diakui masyarakat internasional.[3]
Tulisan ini bermaksud untuk menggali beberapa masalah seputar pelaksanaan KB dan langkah sosialisasinya, terutama yang berkaitan dengan posisi perempuan yang marginal. Menurut penulis persoalan-persoalan ini belum atau kurang tersentuh/tertangani dengan baik, akibatnya perempuan pada posisi marginal ini belum terlibat aktif dalam program KB yang dicanangkan oleh pemerintah.
Diharapkan tulisan ini dapat memberi sumbangan pemikiran untuk pengembangan pola kegiatan KB di Indonesia yang lebih mengakomodasi keinginan atau kepentingan wanita marginal ini.

Program KB Yang Pro Wanita Marginal
Perempuan adalah suluh kehidupan, slogan ini telah lama dikenal oleh masyarakat kita. Namun berfungsi sebagai suluh (penerang) seringkali kontradiktif dengan realita di tengah masyarakat.
Sebagai istri, perempuan berperan dalam mendorong suaminya mencapai keberhasilan dalam pekerjaan. Sebagai ibu, seorang perempuan adalah pendidik dan penunjuk jalan bagi anak-anaknya agar menjadi pintar dan berguna bagi masyarakat. Namun ketika berhadapan dengan urusan rumahtangga dan anak-anaknya, tak banyak orang yang peduli karena dianggap sebagai tugas alami seorang perempuan. Dapat dipastikan bila seorang wanita beranak banyak, dialah yang menanggung sebagian besar beban tersebut sementara suami hanya berfungsi membantu.
Perempuan yang hidup di perkotaan dan mengecap pendidikan memadai cukup beruntung karena dapat memilih pekerjaan dan merencanakan perkawinan, kehamilan dan jumlah anak sesuai dengan keinginannya. Namun perempuan yang hidup di desa atau kawasan terisolir, berpendidikan minim dan hidup miskin, pilihan untuk mereka nyaris tidak ada. Keluarga atau suamilah yang memilihkan atau memutuskan sesuatu untuk mereka. Perempuan seperti inilah yang menurut penulis masih terabaikan atau termarginalkan dan belum terjangkau sepenuhnya oleh program KB.
Menurut penulis, hal-hal yang menghalangi perempuan marginal dalam berKB terkait dengan mindset (cara pikir) masyarakat terhadap KB itu sendiri. Figur terdekat dengan seorang perempuan adalah suaminya sendiri sehingga cara berpikir suami (laki-laki) harus dirubah. Beberapa hal yang kurang produktif bagi pelaksanaan program KB dan perlu mendapat perhatian pemerintah (dalam hal ini BKKBN) adalah :

1.                  Pandangan tradisional bahwa KB merupakan ranah istri
Laki-laki yang berpandangan ortodoks beranggapan bahwa KB adalah urusan istri. Laki-laki tidak mau terlalu ikut campur pembicaraan tentang KB karena berpendapat hal tersebut bukan tanggung jawab dirinya. Urusan KB adalah domain (ranah) istri sehingga pilihan berKB otomatis terserah kepada istrinya.
Pada pasangan yang memiliki kesetaraan pendidikan dan pihak istri telah memahami pentingnya program KB, kecenderungan suami yang kurang peduli tersebut berdampak tak terlalu besar bagi keberhasilan pelaksanaan KB di rumah tangga mereka. Si istri dengan inisiatif sendiri mencari informasi serta mendapatkan pelayanan KB yang dibutuhkannya. Namun bagi istri yang memiliki pendidikan minim plus pemahaman keluarga berencana yang kurang, tanpa dorongan dan dukungan dari pihak suami, dipastikan tidak akan berKB dan membiarkan dirinya hamil tanpa perencanaan yang matang.
Hal seperti ini sering kita temui pada keluarga dengan keadaan ekonomi menengah ke bawah; memiliki anak lebih banyak, istri yang terlihat jauh lebih tua dari usianya, kesehatan yang cepat menurun karena interval kehamilan yang dekat serta beban makin berat untuk membesarkan anak.

2.      Perbedaan persepsi antara pemerintah dengan kelompok masyarakat  anti KB
Program KB yang diluncurkan pemerintah pada era 1970-an belum dapat diterima semua kelompok masyarakat, contohnya kelompok keagamaan Islam yang berpendapat bahwa KB itu haram. Perbedaan pemahaman tersebut telah sering didiskusikan dan diupayakan mencari jalan tengahnya. Namun Penulis berpendapat, banyak dari hasil diskusi tersebut yang tidak ditindaklanjuti dalam bentuk pengambilan keputusan, padahal cukup banyak kesamaan persepsi yang berhasil dimunculkan dari diskusi antara pandangan yang pro dan kontra KB tersebut.
Salah satu hal yang diperoleh penulis dari perbincangan dengan anggota kelompok yang anti KB (alat kontrasepsi) adalah pandangan KB haram disebabkan tujuannya yang tak syar’i (tidak sesuai syariah), yakni bertujuan untuk membatasi kelahiran. Kelahiran tidak perlu dibatasi karena Tuhan menyediakan rezeki yang cukup untuk semua mahluknya. Namun kelompok ini setuju pada pemakaian alat KB yang dimaksudkan untuk menjarangkan kelahiran. Untuk ini hukum penggunaan alat KB menjadi halal.
Dari sudut pandang ini penulis berkesimpulan bahwa perbedaan prinsip antara KB yang dicanangkan pemerintah dengan kelompok keagamaan ini adalah dari sudut pandang niat. Pemerintah lebih menonjolkan aspek ‘pencegahan kelahiran’, sementara kelompok ini menonjolkan aspek ‘menjarangkan kelahiran’. Tujuan akhirnya pada hakekatnya sama yakni untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Terdapat beberapa pandangan kelompok agama dalam  pelaksanaan KB, yang perlu mendapat perhatian pemerintah, diantaranya [4]:
a.       Vasektomi haram karena dilakukan dengan memotong saluran sperma yang berakibat terjadinya kemandulan tetap. Upaya rekanalisasi (penyambungan kembali) tidak menjamin pulihnya tingkat kesuburan kembali yang bersangkutan oleh karena itu hukumnya menjadi haram.
b.      Kontrasepsi dalam rahim dibenarkan jika pemasangan dilakukan oleh tenaga medis wanita. Jika tenaga medisnya pria, si istri harus didampingi oleh suaminya.
c.       Keputusan berKB harus didiskusikan dan disetujui oleh suami dan istri

3.          Penyuluhan/ pelayanan KB di kantong-kantong kemiskinan belum optimal
Negara Bangladesh telah melaksanakan program KB dengan membangun strategi berdasarkan kesadaran bahwa ketidaksetaraan gender masih terjadi di negara tersebut. Pemerintah menyadari bahwa kaum perempuan terikat sangat kuat kepada suami dan perkawinannya, banyak diantara mereka yang tidak boleh keluar rumah tanpa pendampingan, atau tidak memiliki keberanian untuk berpendapat/memilih. Pemerintah kemudian merekrut puluhan ribu tenaga penyuluh KB yang bertugas melayani para perempuan hingga ke rumahnya masing-masing.
Pelayanan itu tidak hanya sampai kepada kegiatan memperkenalkan metode alat kontrasepsi, membawa para wanita ke klinik untuk dipasangkan alat KB, senantiasa mendampingi para perempuan tersebut dalam kesehariannya dan memberikan bantuan-bantuan ringan seperti menjaga anak, membawakan air untuk dimasak, makanan dan sebagainya.[5]
Pelaksanaan program KB di Bangladesh tersebut memberikan hasil yang mencengangkan, yaitu penurunan angka kelahiran yang dramatis dari rata-rata 7 kelahiran per wanita pada pertengahan tahun 1970, menjadi 3,4 kelahiran per wanita pada tahun 1993. Namun biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut sangat besar sehingga pada akhir tahun 1980-an, pemberian insentif untuk tenaga pendamping KB ini dihentikan.
Apa yang dilakukan oleh Negara Bangladesh ini tentu sangat sulit diterapkan di Indonesia apalagi saat ini kita menghadapi krisis ekonomi global. Namun program serupa dengan modifikasi di beberapa aspek dan diterapkan secara terbatas di wilayah marginal, dapat saja dilaksanakan saat ini karena biayanya lebih ringan.

Penguatan Fungsi Penyuluhan, Pelayanan KB dan Adopsi Budaya Lokal
Dari permasalahan yang dikemukakan di atas dapat ditarik gambaran bahwa pelaksanaan penyuluhan yang menjangkau masyarakat marginal dan pelayanan terhadap para perempuannya sangat vital untuk meningkatkan jumlah peserta KB di wilayah RI yang kurang beruntung tersebut. Namun penyuluhan dan pelayanan seperti apakah yang ideal untuk mereka?
Dalam Cairo Action’s Program telah dirumuskan tujuan pelaksanaan program KB yaitu; (1) agar pasangan atau individu dapat menentukan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah dan jarak anak yang akan dimiliki; (2) masyarakat memperoleh informasi dan jaminan untuk mewujudkan keinginannya berKB; (3) menjamin diperolehnya informasi tentang pilihan metode KB yang ada; dan (4) tersedianya secara lengkap metode yang efektif dan aman untuk pasangan atau individu yang menginginkan berKB. Selain itu perlu adanya pendidikan kependudukan dan KB yang memadai karena ini akan menjadi landasan individu untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab terhadap diri, pasangan dan keluarganya dalam berKB.
Jika melihat kepada tujuan tersebut, terutama pada poin 4, pemerintah diminta untuk menyediakan metode yang efektif dan aman bagi pasangan yang ingin berKB. Memang benar tidak disebutkan bahwa penyediaan fasilitas tersebut secara gratis. Cairo Action’s Program menekankan pentingnya pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran berKB dan berkesimpulan pemberian pelayanan KB gratis dan insentif berlebihan terhadap para penyuluh/pendamping/petugas KB tidak diperkenankan lagi.
Namun bagi masyarakat yang kurang beruntung, yang akses untuk memperoleh pendidikan tidak sebaik di daerah perkotaan atau daerah makmur lainnya, pemerintah belum dapat mengharapkan masyarakatnya berKB secara mandiri.  Biaya pemasangan dan alat kontrasepsi yang berkisar Rp5.000 hingga Rp20.000 adalah sangat mahal bagi mereka.
Alasan lain adalah kebijakan pelaksanaan KB tidak dapat diseragamkan untuk semua negara atau semua wilayah di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut ekonomi liberal terdapat paham bahwa hal-hal yang bersifat pribadi (seperti KB) tidak selayaknya dibiayai atau disubsidi oleh negara. Di Indonesia hal tersebut belum dapat dilakukan sepenuhnya, masih banyak subsidi yang diberikan oleh negara kepada masyarakat. Juga kita tidak dapat menyamakan perlakuan antara suatu daerah yang ekonominya maju, pendidikan masyarakatnya relatif tinggi, dan berada dekat dengan pusat pemerintahan dengan daerah lain yang kondisi sosial ekonomi masyarakatnya jauh lebih rendah.
Untuk itu Pemerintah harus menyediakan layanan secara gratis kepada perempuan marginal tersebut, setidaknya hingga mereka mampu secara ekonomi untuk membayar pelayanan KB yang diterimanya. Memperbanyak pos pelayanan KB di kantung-kantung kemiskinan adalah salah satu solusinya.  Keberadaan pos tersebut akan mempermudah dan mempercepat mereka untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dibutuhkan.
Mantan Menteri BKKB Dr. Haryono Suryono bahkan mengusulkan membentuk sekitar 700.000 – 750.000 Pos Pemberdayaan Keluarga di pedesaan dan kelurahan di kota-kota. Fungsi Posdaya tersebut sebagai forum silaturahmi dan koordinasi pembangunan berbasiskan penduduk dengan mengacu pada Millenium Development Goals (MDGs), yaitu pembangunan secara lengkap mengatasi kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan lingkungan, termasuk menghidupkan kembali pola hidup gotong royong dan peduli terhadap sesama anak bangsa.[6]
 Selain itu sarana dan prasarana Posdaya diharapkan dilengkapi dan didukung oleh program/kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau instansi vertikal yang ada di daerah, tanpa perlu menambahkan dana lain. Ini adalah konsekuensi logis dari penerapan Otonomi Daerah dimana Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui SKPDnya harus berkontribusi kepada kesuksesan program KB melalui pemberdayaan perekonomian warga. Peran organisasi wanita di bawah KOWANI dapat ditingkatkan untuk pemberdayaan ekonomi warga dan KB di daerah, karena sebagian organisasi wanita tersebut memiliki link yang kuat dengan SKPD di provinsi, kabupaten atau kota. Sebagai contoh, unit organisasi Dharma Wanita Persatuan di masing-masing SKPD yang ada di daerah.
Keberadaan penyuluh dan petugas KB juga sangat vital untuk meningkatkan jumlah peserta KB. Penulis berpendapat saat ini terjadi kemiskinan kualitas para penyuluh/petugas KB. Pada era 1980-an dan 1990-an, para penyuluh tidak hanya menguasai konsep KB dan ragam alat kontrasepsi, mereka juga dibekali ilmu agama terutama KB menurut hukum Islam, ilmu psikologi dan komunikasi, sehingga masyarakat menjadi nyaman dan terbuka menyambut kehadiran mereka.Saat ini pendekatan dengan beragam ilmu tersebut nyaris tak ada lagi.
Faktor penghambat lainnya dari segi kepenyuluhan adalah minimnya petugas KB laki-laki. Untuk membuka wawasan para laki-laki tentang KB -bahwa KB bukan ranah wanita semata- sebaiknya disampaikan oleh penyuluh laki-laki. Efektivitas penyuluhan akan lebih tinggi dibanding jika petugas perempuan yang melaksanakannya karena penjelasan tentang KB banyak menyangkut organ reproduksi, suatu topik yang cukup tabu dan jarang dibicarakan dengan orang baru dikenal atau orang yang berbeda sex.
Untuk itu Penulis menyarankan perlunya direkrut atau dilatih penyuluh laki-laki yang lebih banyak lagi, demikian pula iklan layanan masyarakat sebaiknya menggunakan model atau narasumber laki-laki sehingga paradigma “KB adalah ranahnya perempuan” dapat disirnakan berlahan-lahan. Selain itu harus diperhatikan pula pemberian insentif non materi bagi fungsional penyuluh berupa kemudahan memperoleh angka kredit yang nantinya akan berpengaruh pada peningkatan gaji/tunjangan mereka.
Menyangkut perbedaan pandangan antara konsep/pelaksanaan KB pemerintah dengan pandangan masyarakat agama, Penulis mendorong adanya usaha keras pemerintah (BKKBN) untuk mengakomodasi tujuan/niat berKB untuk menjarangkan kelahiran dalam kampanye-kampanye KB. Selama ini Penulis melihat dan mendengar KB penting semata-mata untuk alasan ekonomi, pandangan seperti ini tidak dapat diterima oleh semua masyarakat kita. Apa gunanya diskusi panjang tentang KB dari pandangan hukum Islam jika rumusan yang dihasilkan tersebut tidak diadopsi dalam bentuk kebijakan pemerintah?
Penulis juga sangat mendorong bila pemerintah mau mengadopsi dan mempopulerkan konsep KB alami yang diterapkan oleh masyarakat atau yang berasal dari budaya lokal walaupun untuk sementara waktu ini, efektivitas KB alami ini dianggap masih rendah. Metode penggunaan jamu semisal akar pinang sebagai metode pencegah kehamilan belum diteliti dan dikembangkan secara optimal padahal potensinya untuk menjadi alat kontrasepsi yang memenuhi  standar cukup terbuka lebar.
Selama ini Pemerintah terlalu mengandalkan alat KB yang merupakan adopsi metode asing (buatan pihak luar negeri) tapi kurang berusaha untuk menggali dan mengembangkan metode alami yang berpotensi lebih aman dan tanpa efek samping. Penulis mengakui bahwa riset tersebut membutuhkan dana besar dan waktu lama, namun hasilnya akan sangat berguna untuk sebuah negara sangat luas dengan populasi penduduk besar seperti Indonesia ini.
Bila pemerintah melalui BKKBN mau berkomitmen menggali budaya lokal dan mengakomodasi pemahaman kaum agama dalam membangun kebijakan KB khas Indonesia, persepsi bahwa KB (family planning) merupakan alat bangsa asing (barat) untuk melemahkan Indonesia dan negara berpenduduk muslim lainnya diharapkan akan berkembang ke arah lebih baik.
Demikian pokok-pokok pikiran yang penulis dapat sampaikan dalam makalah ini sebagai masukan untuk pengembangan program KB di Indonesia. Semoga bermanfaat untuk kita semua. (Penulis : Ir. Asnelly Ridha Daulay, M. Nat Res Ecs)


[1] Makalah ini ditulis dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis yang dilaksanakan oleh BKKBN – KOWANI pada ajang “The 3rd ACWO Board Meeting and KOWANI Fair 2011” di Jakarta.
[2] Rebranding Program KB Di Indonesia, (http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=998 )
[3] Arah dan Implementasi Kebijaksanaan Program keluarga berencana di Indonesia oleh Siswanto Agus Wilopo (http:// docs.google.com/ viewer?a=v&q=cache:fELGp4wapkgJ:i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?)
[4] Pandangan Hukum Islam terhadap aborsi, Bayi tabung dan Keluarga berencana oleh Dedi Purnama dan Indra FW, (http://www.scribd.com/doc/21985425/Pandangan-Islam-Terhadap-aborsi-Bayi-Tabung-dan-Keluarga-Berencana)
[5] Bangladesh’s Familiy Planning Success Story: a Gender Perspective by Sidney Ruth Schuler et al, (http://www.guttmacher.org/pubs/journals/2113295.pdf)
[6] Rebranding Program KB Di Indonesia, (http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=998 )


26 April 2011

MENJAGA KERJASAMA YANG BAIK DENGAN ATASAN


Sulit untuk mengabaikan peran atasan dalam karir seseorang. Jika atasan  berkehendak, dia bisa menaikkan atau menurunkan jabatan seseorang bahkan memberhentikannya. Bekerja saja tanpa kemampuan berkomunikasi yang baik, tidak akan menghasilkan penghargaan yang sepantasnya untuk anda. Kecerdasan anda akan membuahkan jabatan atau penghasilan yang anda harapkan, jika anda mampu menyampaikan hal tersebut dengan bahasa yang mudah dimengerti atasan anda.

Menjadi bawahan atau staf yang bermartabat adalah tujuan yang seharusnya tertanam di kepala setiap karyawan atau pegawai kantor. Bukan hanya mengejar uang yang banyak atau jabatan yang tinggi. Banyak bawahan/staf berlaku seperti pembantu pribadi sang atasan, mendapat tugas mengerjakan ini dan itu yang berada di luar job deskripsinya seperti mengantar istri atau anak-anaknya, membelikan barang-barang kebutuhan pribadi dll, padahal anda bukan sopir atau asisten pribadinya. Ketika anda telah jatuh pada cengkraman keadaan seperti ini, anda telah kehilangan martabat sebagai seorang karyawan yang professional. Sangat tipis harapan anda keluar dari kondisi ini, karena di benak atasan anda telah tertanam bahwa porsi anda hanya sebagai orang suruhan. Menurutnya anda tidak bisa menerjakan hal-hal yang lebih bersifat intelektual atau menguras pemikiran. Betapa malangnya anda.

Jangan biarkan diri anda terjebak pada kondisi ini, walaupun anda niatkan ini hanya menjadi batu loncatan agar bos lebih kenal anda. Untuk mengambil simpati bos, bukan dengan cara merendahkan diri seperti itu namun dengan membuktikan anda bisa dan mampu untuk mengerjakan tugas yang menjadi bagian anda. Ada beberapa langkah agar pekerjaan anda dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan.


o   Mendengarkan dan mencermati perintah atasan agar anda tidak mengerjakan sesuatu yang menyimpang dari harapannya. Bertanya jangan terlalu mendetil, karena pertanyaan yang detil itu dapat anda cari jawabannya ke teman-teman yang pernah mengerjakan tugas serupa atau melihat arsip yang ada. Bos anda tidak memiliki waktu banyak untuk menjawab pertanyaan anda atau kemungkinan dia memang tidak tahu terlalu banyak tentang hal itu, karena itulah anda ditugaskan untuk menyelesaikannya. Kalau dia bisa mengerjakannya sendiri, dia tidak akan menugaskan anda, bukan?


o   Lakukan kesalahan sedikit mungkin dan selesaikan tepat waktu. Beberapa staf menerima tugas dari atasan dengan cepat seakan-akan dia mampu mengerjakannya namun ketika ditagih berulang kali, jawabannya macam-macam, yang pada intinya mengungkapkan bahwa dia belum selesai mengerjakannya. Satu dan dua kali, atasan mau menerima alasan anda namun kalau hal ini sering terjadi, atasan akan mencari orang lain yang lebih mampu dari anda.


o   Berusaha memasukkan hal-hal yang baru ke dalam tugas yang sedang anda garap. Dengan teknologi computer yang ada sekarang, sebuah laporan (hanya sebagai contoh tugas) dapat anda kerjakan dalam semalam. Namun, berusahalah untuk tidak mencopy habis-habisan laporan serupa yang dikerjakan oleh staf sebelum anda. Arsip yang ada pegang, jadikan hanya sebagai pedoman. Masukkan sesuatu yang baru ke dalamnya sehingga ketika bos anda membacanya, dia memperoleh impresi bahwa anda patut menjadi kader di kantor yang ia pimpin.


o   Hadapi semua kendala dalam merampungkan tugas itu dengan sabar dan tenang. Jangan terburu-buru menghadap atasan untuk menyampaikan keluh kesah anda. Kecerdasan saja tidak cukup untuk menyelesaikan suatu tugas. Anda perlu kematangan, agar kesulitan yang timbul tidak mematahkan semangat anda untuk menyelesaikan tugas tersebut.


o   Keberhasilan pertama dalam menyelesaikan tugas, ikuti dengan keberhasilan berikutnya. Jangan cepat merasa puas.


o   Jika setelah keberhasilan demi keberhasilan tersebut, tidak terlihat penghargaan yang pantas bagi anda baik secara financial maupun posisi/jabatan, anda perlu introspeksi. Seandainya anda tidak menemukan kesalahan di diri anda, mungkin inilah saatnya anda bertindak. Ungkapkan terus terang kepada anda keberatan anda atas perlakukannya. Profesionalisme anda harus dibayar dengan imbalan yang professional juga. Biarkan atasan anda tahu dan berpikir, bahwa anda bukan seseorang yang dapat dilecehkan.


o   Jika tetap tidak ada perubahan, bersiaplah untuk mencari posisi baru di kantor lain, atau pasang telinga, cari informasi kapan bos anda ini akan dimutasikan oleh atasan yang lebih tinggi.


MENCARI PELUANG



Pernah tinggal di luar negeri dan mencicipi pendidikan di sana adalah kesempatan yang tidak diperoleh banyak orang. Namun jangan cepat merasa puas karena di Indonesia, prestasi seperti itu belum tentu dihargai. Anda yang seorang master tamatan luar negeri tapi begitu balik bekerja di kantor anda yang lama, anda pun kembali ke posisi lama. Mengharapkan promosi, masih jauh panggang dari api.

Bagi yang bekerja di perusahaan swasta, disarankan untuk pindah ke perusahaan lain yang bersedia menghargai anda sesuai dengan edukasi yang anda miliki. Namun jika anda seorang pegawai negeri, keputusan untuk berhenti jadi PNS dan pindah ke perusahaan lain adalah keputusan yang cukup sulit. Status PNS memiliki gengsi sendiri walau perjalanan karir di sini sering mengecewakan karyawan yang cemerlang.

Agar kehidupan sebagai PNS tidak terlalu membuat anda buntu, anda harus mahir bermain hati dan otak.  Bermain hati artinya jangan dimasukkan  ke dalam hati semua yang menurut anda tidak pantas dan tidak patut. Biar saja atasan anda bodoh dan malas, jangan menuntut dia untuk merubah style nya itu karena kemungkinan besar dia memang bodoh dan malas serta tidak mau mengembangkan diri. Mudah-mudahan dia akan tersingkir segera karena siapa pun yang membacking dia akan capek dengan sendirinya.

Uang adalah masalah yang krusial. Anda tahu gaji sebagai PNS tidak besar. Semakin banyak anda terlibat dalam kegiatan di kantor maka akan semakin banyak juga pendapatan di luar gaji. Namun anda harus hati-hati dan selektif jangan sampai terlibat korupsi dan penyalahgunaan wewenang atau di-kambinghitamkan oleh rekan kerja yang culas.

Sebagian penghasilan yang anda peroleh tidak salahnya anda gunakan untuk membiayai diri anda memperoleh pendidikan lain yang mungkin anda butuhkan seperti disain grafis atau melukis. Bertambah keterampilan akan membuka peluang baru bagi anda.

Jangan pernah menolak jika atasan anda menugaskan dinas luar. Inilah adalah kesempatan gratis untuk menambah wawasan dan memperluas pertemanan dengan orang-orang yang mungkin menduduki posisi penting di kantornya. Anda dapat belajar dari mereka. Suatu saat nanti mereka bisa jadi sebagai pemberi rekomendasi untuk jenjang karir yang lebih tinggi. 

Ada cara lain untuk menembus kebuntuan karir. Sering-seringlah membuka  internet, melihat peluang kursus singkat atau beasiswa ke LN. Sebagai seorang alumnus universitas LN, english tidak lagi menjadi problem bagi anda. Jendela sudah terbuka lebar, anda bisa memetik kesempatan lain yang tidak ditawarkan oleh kantor anda saat ini tanpa mengorbankan status sebagai PNS.

GALAU HATI


Hati. Hanyalah sekeping daging dalam susunan tubuh manusia namun keajaibannya tak mudah dipahami dan diprediksi. Hati, kadang teduh ketika dinaungi nurani, namun di lain waktu begitu panasnya karena diteriki amarah dan nafsu.
Hati bak pualam, betapa inginnya aku tuk memilikinya. Berilah aku hati pualam - begitu saja-, karena aku tidak sanggup tuk mencipta sekeping daging itu dengan mulusnya. Aku sudah berusaha tapi selalu gagal untuk mengukir lukisan halus dan indah di dindingnya. Bila Engkau menghendakiku untuk masuk surga, beri sajalah hati pualam itu, - tanpa syarat tanpa usaha. Setelah itu aku yakin sekujur tubuh ini akan bergerak dengan irama yang Engkau sukai, kan bekerja ‘tuk selesaikan amanat yang Engkau titahkan, akan mencinta dengan tiada harap balas, kecuali redhaMu.
Dalam interaksiku dengan manusia-manusia lain, hatiku sering tercemari. Hatiku disusupi virus-virus kemarahan, kebencian dan kebosanan. Aku tidak mampu lagi mempercayai  kejujuran dan ketulusan di hati manusia lain.
Namun Ya Allah, ketidakpercayaanku pada hati orang lain, ternyata tak melindungiku dari kekhawatiran tertipu dan tersakiti. Aku merasa disakiti, dikhianati, bahkan dikuliti setiap saat. Tingkat kepercayaannku pada mahlukMu dah mencapai titik terendah dalam sejarah hidupku.
Saat ini, dalam keterpurukan hati yang sangat, dalam krisis kepercayaan yang begitu menggelisahkan, aku menyerah kepadaMu. Aku meminta kepemurahanMu? Beri saja aku hati pualam, tanpa syarat apapun dariMu, tanpa usaha apapunpun lagi dariku. Aku sudah capek, Ya Tuhan.(12 Januari 2005)

PENCERAHAN DIRI

Sekali dalam periode tertentu, seseorang akan merasakan kejenuhan yang amat sangat di dalam dirinya. Semua yang dilakukan terasa tidak ada manfaatnya, bahkan membebani. Hal ini menyebabkan kemurungan yang menggelisahkan, bahkan mendorong kemarahan terhadap orang-orang terdekat. Pada state of mind seperti itu, keputusan yang diambil menjadi serba salah. Berkurung diri di rumah menyebalkan, berniat pergi ke luar rumah tapi bingung dengan siapa dan kemana?

Sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat guna mengusir kejenuhan tersebut, perlu diketahui dulu apa kira-kira yang melandasi munculnya perasaan tidak menentu tersebut. Apakah kejenuhan disebabkan hubungan antar pribadi (dengan suami/istri, saudara, teman kantor dsb), atau karena pekerjaan (pekerjaan kantor atau rumah tangga yang terlalu monoton dsb?)

Jika kejenuhan tersebut disebabkan oleh karena pekerjaan sehari-hari, masalah ini dapat diatasi dengan gampang karena kendali pada hakekatnya berada di tangan anda sepenuhnya. Mengapa demikian? Karena jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan, paling-paling anda hanya akan dipecat atau dimarahi yang konsekuensinya bisa lebih dapat ditanggung (dibanding keputusan untuk menceraikan suami/istri atau berselingkuh karena anda mengalami kejenuhan dalam pernikahan atau hubungan spesial lainnya). Anda kan tinggal mencari pekerjaan lain yang lebih menantang sebagai gantinya walau hal tersebut tidak begitu gampang saat ini

Namun, saya tidak ingin menganjurkan jalan keluar ekstrim untuk permasalahan ini. Mengapa harus membayar mahal untuk sesuatu jika bisa diperoleh dengan harga yang lebih murah? Berikut ini beberapa tip yang dapat dilakukan untuk mencerahkan diri dari kejenuhan dalam bekerja.

  1. Pada saat seseorang jenuh, ia cendrung untuk memandang dirinya rendah, tidak berarti. Itu tidak benar. Yang benar adalah anda saat ini berada dalam kondisi tidak prima dan itu hanya terjadi pada siklus satu kali per beberapa bulan. Normal, alamiah. Jadi tetaplah bangga dan menyenangi diri anda.

  1. Memberi penghargaan yang sepantasnya pada diri anda. Jangan menganggap diri anda biasa-biasa saja jika pada kenyataannya anda telah bekerja keras untuk mewujudkan impian atau ambisi anda. Sebagai wujud penghargaan, berilah diri anda hadiah yang pantas seperti misalnya, sebuah baju baru yang anda pilih dengan waktu yang cukup lama untuk memantas-mantaskannya (sekaligus untuk menghemat pengeluaran anda karena semakin lama waktu anda habiskan untuk memilih baju tersebut, semakin sedikit barang belanjaan yang harus anda bayar), pergi berlibur dan melihat lingkungan yang baru atau melakukan hal-hal yang sudah anda niatkan sejak lama.

  1. Mengendurkan ritme kerja anda dengan selingan-selingan yang menyehatkan. Hal ini mungkin akan mengurangi produktifitas anda namun sekali anda pulih dari kejenuhan tersebut, anda akan mengejar semua ketertinggalan itu.
  2. Konsumsi makanan yang jarang anda cicip baik karena harganya mahal atau karena masih asing di lidah (saya suka cake, jus, buahan dan masakan asing seperti masakan Jepang dan Eropa pada saat-saat pencerahan diri ini).

  1. Melakukan relaxing seperti menyegarkan tubuh dan memanjakan kulit/penampilan di salon, singing karaoke (pretending that you are a singer as you ever dreamed), atau melakukan olahraga ringan.

  1. Chatting dengan teman juga merupakan salah satu cara keluar dari kejenuhan namun saya tidak terlalu menganjurkannya karena agak susah untuk mendapatkan teman yang mampu mengerti sekaligus menghibur pada saat ini. Jika anda memiliki teman dengan kualitas seperti itu, please go on. Namun kalau tidak punya, forget it!


MENGATASI KEJENUHAN DENGAN PASANGAN

Suami atau istri adalah orang yang saat ini ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi pasangan anda. Mungkin karena keyakinan akan takdir tersebut, banyak pasangan yang terpaksa menahan hati dengan perlakuan tidak manis atau membosankan dari pasangannya. Syukur kalau perasaan bosan atau tidak senang terhadap pasangan itu tidak muncul terlalu sering, karena itu artinya masih ada peluang untuk bersabar dan bertahan, terutama dalam perkawinan yang telah menghasilkan anak.
Bagi pasangan yang mengalami kejenuhan nan pekat, kejenuhan  yang menjurus kepada saling membenci atau sebaliknya tidak peduli sama sekali, mungkin bercerai adalah jalan keluar yang terbaik, asal dilakukan dengan cara damai dan diyakini tidak akan menimbulkan problem lanjutan. Negoisasi diantara keduanya perlu dilakukan baik langsung maupun melalui perantara yang dipercaya.
Jika perkawinan anda masih ingin diselamatkan, sekiranya level kebosanan anda kepada pasangan tidak terlalu jatuh, atau hanya muncul pada periode tertentu saja, hal-hal berikut ini mungkin dapat dipakai sebagai rujukan.

1.    Berhentilah berpikir bahwa pasangan anda akan dengan sukarela mengikuti jalan berpikir atau gaya hidup yang anda inginkan. Begitu besar kemauan anda untuk merubahnya, sebesar itu pula kehendak di dalam dirinya untuk menentang atau berpura-pura menurutinya (tapi di hatinya berkata lain).

2.    Mengembangkan toleransi yang luas terhadap pasangan anda. Awalnya mungkin menyakitkan karena dia yang anda pilih untuk menjadi teman sehidup, ternyata tidak sudi sharing dalam gaya hidup. Namun jika anda berhasil mengembangkan toleransi ini, sakit yang ditimbulkan oleh kekecewaan anda kepadanya menjadi berkurang walau tidak mungkin hilang sama sekali (sulit mendapatkan keredhaan sepenuhnya terhadap pasangan, para istri Nabi Muhammad  SAW pun sering complain kepada suaminya).

3.    Hibur diri anda dengan kebaikan-kebaikan yang anda peroleh selama hidup bersamanya seperti : walaupun dia tidak terbuka soal keuangan, dia tidak pernah lalai memberi tunjangan bulanan rumah tangga atau, walau dia pemarah dan arrogant tapi dia tidak suka menampar atau melakukan kekerasan fisik lainnya (domestic violence).

4.    Mengurangi pengorbanan-pengorbanan yang tidak perlu, yang akan menyita waktu dan pikiran anda. Banyak istri yang rela menunggu suaminya hingga larut malam padahal tidak ada kepastian jam berapa dia akan pulang dan tidak diberitahu untuk keperluan apa dia berada di luar rumah sampai selarut itu. Sebaiknya anda tidur saja, menyiapkan energi untuk besok pagi dan biarkan dirinya mengurus dirinya sendiri. Banyak lagi pengorbanan-pengorbanan yang digolongkan tidak perlu ,anda sendirilah yang bisa menganalisanya.

5.    Katakan tidak suka terhadap tindakan apa saja yang tidak bisa anda tolerir. Kemungkinan terbaik, dia akan merubah kebiasaan itu. Kemungkinan terburuk, dia akan marah dan tetap pada tindakannya. Namun dengan berkata seperti itu, anda telah menunjukkan warna anda kepadanya. Semoga dia mengerti suatu saat nanti.

6.    Merubah diri anda sedikit demi sedikit mengikuti gaya hidupnya selama hal tersebut tidak berlawanan dengan nurani anda. Bersikap open minded kepada orang lain apalagi pasangan sendiri akan sangat banyak menolong penyelesaian konflik.

7.    Pada puncak kebosanan, ada baiknya menjaga jarak dari pasangan anda. Anda dapat  mencari pertemanan lain dengan orang-orang baru, atau berkomunikasi dengan orang-orang yang sudah anda kenal sebelumnya. Semoga anda menemukan inspirasi atau spirit baru, dan setelah itu pasangan anda terasa tidak terlalu menjemukan lagi.

8.    Hindari ketergantungan berlebihan terhadap pasangan, bahkan dalam hal materi sekalipun. Perjodohan anda dengannya hanya berlaku di dunia dan sampai saat tertentu yang ditakdirkan Allah. Siapkan diri anda dengan semangat hidup untuk survive dan materi yang cukup. Inilah harta yang tidak dapat direbut siapapun dari diri anda.

9.    Tetap dekat dengan anak-anak walau anda ditempa cobaan berat dalam perkawinan. Nilai mereka melebihi apapun di dunia ini.