Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Jambi, Indonesia
wonderful life starts from a wonderful heart

13 November 2011

Batik Jambi, Batiknya Orang Gedongan


CUKUP banyak yang mengeluhkan mahalnya batik Jambi. Ucapan itu terlontar melihat harga sepotong batik Jambi yang mencapai ratusan ribu rupiah, sementara batik dari Jawa bisa dibeli dengan selembar uang lima puluh ribuan rupiah. Ternyata anggapan batik Jambi itu mahal, benar adanya. Bahkan di era 70-an, hanya orang gedongan yang mengenakan batik.

Salah seorang pengrajin batik Jambi Azmiah (45), mengatakan bahwa di waktu dulu yang memakai batik Jambi hanya orang kalangan atas. ”Langganan ibu saya kebanyakan pejabat dan istrinya, paling rendah ya... camat. Orang biasa jarang sekali,” cerita Azmiah tentang ibunya, almarhum Asmah, yang merupakan pengrajin batik generasi awal di Kota Jambi.

Kala itu batik belum dibuat menjadi pakaian, hanya dipakai dalam bentuk sarung dan selendang. Harganya sekitar Rp60 ribu hingga Rp70 ribu sepotongnya, harga yang cukup mahal kala itu. Namun meski mahal, pesanan batik waktu itu tetap banyak.

Pemakai batik mengerti bahwa pada batik itu, yang dinilai seninya. Uang soal ke dua,” tambah wanita setengah baya yang masih kelihatan cantik ini. Motif batik Jambi memang khas dan berbeda dengan batik Jawa. Kerajinan icon Jambi ini merupakan refleksi dari alam, terlihat dari motif yang dibatikkan seperti Durian Pecah, Kapal Cina, Batanghari, Angso Duo, Antlas hingga Riang-riang.

Ada satu motif batik kuno yang jarang dicetak, namanya motif jayo. Konon motif ini pernah dipesan oleh Raja Siginjai untuk pakaiannya sendiri. Motif jayo yang bermakna kemakmuran ini menunjukkan tingginya status sosial seseorang. Motif ini dicetak hanya jika ada pesanan, dan harganya bisa mencapai tiga juta rupiah.

Jadi kalau batik Jambi dibilang mahal, mungkin benar juga. Karena batik Jambi bukan sekedar pakaian tapi sesuatu yang bernilai seni dan sarat cerita tentang daerah ini,” kata pengrajin yang memiliki 48 anak binaan ini.

Hal lain yang membuat batik Jambi ”yang asli” mahal, adalah karena proses pembuatannya menggunakan pewarna alam seperti indigo, kayu bulian, daun mangga dan kayu sepang. Batik yang dikenakan oleh kalangan atas tentu saja harus enak dipakai serta tidak berbahaya untuk kesehatan. Pembuatannya pun secara tulis, bukan dicetak. ”Batik Jambi mahal karena ditulis dan menggunakan bahan yang aman untuk kulit,” jelasnya.

Saat ini, karena menyesuaikan dengan pesanan masyarakat banyak, batik Jambi pun dibuat dengan harga lebih murah. ”Tapi batiknya dicetak dan menggunakan pewarna buatan,” jelas Azmiah yang pernah mendapat order 100 potong scraf dari salah satu museum di Kota London, Inggris ini. (ARD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar