Ada
kala lidahmu menggores hatiku
Aku menangis seperti seonggok kain di kamar berdebu
Menunggu pagi dan kelabu berganti
membawa suka cita burung dan kuncup bunga
Mulialah mereka yang dapat terus mencinta
Menunggu, membelai, menatap bangga
Menaruh diri di punggung kekasihnya
Aku kira engkau mengharapku begitu
Tapi bisakah...?
Aku menangis seperti seonggok kain di kamar berdebu
Menunggu pagi dan kelabu berganti
membawa suka cita burung dan kuncup bunga
Mulialah mereka yang dapat terus mencinta
Menunggu, membelai, menatap bangga
Menaruh diri di punggung kekasihnya
Aku kira engkau mengharapku begitu
Tapi bisakah...?
Nalarku sangat lantang bersuara
Seperti petir yang tak sanggup membakar putri malu
Ia hanya bisa menggores kulitmu
Ia bicara mengikuti kebenarannya
Ruhku kelu karena hatiku seiya dengannya
Sukar mencintaimu selamanya!
Tapi maukah kau menerima diriku begitu saja?
Toh kita baik-baik saja kukira
Karena kuyakin cintamu juga begitu
Dan kita tak mahir mencinta meski ribuan purnama mengajarinya
Bukankah begitu sayangku?
Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar