Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Jambi, Indonesia
wonderful life starts from a wonderful heart

19 Mei 2011

KOTORAN TERNAK PEMBAWA BERKAH


PETERNAK sapi dan kerbau di desa Kota Baru Kecamatan Geragaii Kabupaten Tanjab Timur maju selangkah. Sejak diujicobakannya pembuatan biogas di desa tersebut, para peternak semakin bergairah untuk meningkatkan skala usaha peternakannya karena ternyata kotoran ternak yang selama ini menumpuk tidak termanfaatkan dengan baik, bahkan menyebabkan lingkungan rumah mereka tidak bersih, sekarang memberikan nilai tambah yang lebih besar untuk peningkatan kualitas hidup dan perekonomian warga di desa eks trans tersebut . Menurut pengakuan Pak Deni (54 tahun), salah seorang anggota kelompok tani ternak Suka Maju, sejak sebulan lalu istrinya telah menggunakan biogas asal kotoran ternak untuk memasak, layaknya ibu-ibu di kota yang menggunakan gas LPG untuk memasak.
Peternak yang memiliki 7 ekor kerbau ini dapat menghemat uang keluar untuk membeli minyak tanah. ”Istri saya juga tidak perlu antri untuk mendapatkan minyak tanah,” katanya. Api yang dihasilkan oleh kotoran ternak tersebut tidak berbau dan berwarna biru, sama sekali tidak meninggalkan bekas di peralatan masak milik keluarga petani tersebut.
Keuntungan lebih besar dinikmati oleh Mugi (52 tahun), sang ketua kelompok yang selain beternak sapi juga memiliki usaha sampingan pembuatan tahu. Bio gas tersebut dipakai untuk mengolah sekitar 55 Kg kacang kedelai untuk menjadi tahu setiap harinya. Penghematan bahan bakar yang dilakukan cukup besar meski dia belum menghitung berapa rupiah yang dapat di hemat dari penggunaan kotoran gas tersebut. Keuntungan lain yang diperoleh Pak Mugi adalah tersedianya ampas tahu untuk pakan tambahan bagi ternak sapinya. Setiap pagi dan sore ternaknya memperoleh jatah 2 ember ampas tahu atau sekitar 30 Kg. Tidak heran, jika petani asal Jogja ini memiliki rumah permanen yang cukup besar di hamparan lahan seluas seperempat hektar.
Teknologi pembuatan bio gas dari kotoran ternak mulai diujicobakan di desa Kota Baru pada awal bulan Maret tahun 2007. Dari 14 unit yang diujicobakan, 13 unit diantaranya berhasil menghasilkan gas, sedangkan 1 unit yang dicoba pertama kali mengalami kebocoran. Untuk menghasilkan gas, peternak yang mendapatkan dana percontohan ini membangun kolam kotoran yang ditembok batu bata dengan ukuran sekitar 1,5 x 3 meter. Kolam ini kemudian ditutup rapat dengan plastik tebal agar gas yang dihasilkan tidak menguap ke udara. Sebuah alat pengatur gas digantung di atas kolam penampungan yang berfungsi mengatur pengeluaran gas ke alam bebas jika terdapat kelebihan gas. Alat pengatur ini sangat vital untuk menghindari terjadinya ledakan karena tekanan gas yang berlebihan. Dari kolam kotoran tersebut, gas dialirkan ke rumah dengan rumah, telah menunggu sebuah kantung plastik besar dan tebal berukuran sekitar 1 x 2 meter untuk menampung gas methane dari kolam tersebut. Gas tersebutlah yang kemudian dialirkan ke kompor gas.
Semua komponen pembuatan jaringan biogas yang tergolong cukup sederhana ini beserta kompornya dibeli dari sebuah perusahaan di Bandung, Jawa Barat, tempat dimana mereka melaksanakan magang sebelum pengerjaan proyek ini dimulai. Untuk menghasilkan gas pertama kali, diperlukan kotoran sebanyak 2 ton. Kotoran tersebut diaduk sedikit demi sedikit dengan air dengan komposisi setiap 50kg kotoran diaduk 50 liter air. Pengadukan dilakukan di dalam sebuah galon ukuran 100 liter. Setelah adukan rata, sedikit demi sedikit kotoran encer itu dialirkan melalui lobang yang dibuat di bagian bawah galon tersebut.”Kami menunggu selama 1 minggu sampai gas terkumpul cukup banyak dan dapat dialirkan ke rumah’ kata Syahmaliadi, PPL di desa tersebut yang menjadi pendamping kelompok dalam uji coba pembuatan bio gas tersebut.
Untuk mendapatkan gas secara berkala, pengadukan dan pengaliran kotoran ke kolam penampungan cukup dilakukan setiap 3 atau 4 hari sekali, dengan komposisi 50 kg kotoran dan 50 lieter air. Selain menghasilkan gas, kolam penampungan nantinya akan mengeluarkan kotoran yang tidak mengandung gas lagi. Kotoran ini merupakan pupuk kompos yang sangat baik untuk pemupukan tanaman. Mengingat kondisi tanah di Tanjab Timur yang memiliki kadar sulfat masam yang tinggi, keberadaan pupuk kompos dalam jumlah besar akan berguna untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk buatan dan lebih ramah lingkungan.
 Peternak di desa ini nampaknya perlu bersiap-siap untuk mendapatkan sumber pendapatan baru yaitu produksi pupuk kompos. Baik peternak maupun PPL yang melaksanakan kegiatan ujicoba pembuatan biogas ini mengaku puas dengan hasil yang diperoleh. Magang yang dilaksanakan di Lembang Jawa Barat sebelum proyek bernilai 75 juta ini diujicobakan di Tanjab Timur, terbukti memberikan manfaat yang besar bagi mereka. Banyak warga desa lain berniat mengikuti jejak mereka untuk beternak karena untuk menghasilkan bio gas, tidak perlu memiliki ternak banyak. Kotoran dari 3 sampai 4 ekor ternak sapi sudah cukup menghasilkan biogas bagi pemenuhan kebutuhan energi rumah tangga. (Ir.Asnelly Ridha Daulay, M.Nat Res Ecs).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar