Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Jambi, Indonesia
wonderful life starts from a wonderful heart

1 Januari 2011

TAK GUNA RESOLUSI HATI DI PERGANTIAN TAHUN

Beberapa selebritas internasional dan lokal mengumumkan resolusi hatinya untuk tahun 2011. Victoria Beckham berjanji untuk mengurangi konsumsi alhohol, lebih banyak minum air putih dan tidur cukup di tahun 2011 agar tubuhnya lebih bugar. Ini merupakan resolusi untuk memperbaiki gaya hidupnya yang kurang sehat. 

Tak hanya artis, seorang teman perokok berat bertekad untuk mengurangi konsumsi tembakau. Resolusi ini merupakan ulangan dari tekad tiga tahun lalu yang gagal diwujudkan. Adik saya beresolusi untuk mengejar (kembali) dan memenangkan beasiswa ke luar negeri. Banyak resolusi dibuat pada waktu pergantian tahun, bergaung sejenak di dalam hati namun hilang begitu Januari, Februari, Maret …berlalu.

Belajar dari sekolah kehidupan, momentum pergantian tahun bagi saya bukan lagi saat yang tepat untuk mencanangkan perubahan diri. Tahun baru hanyalah momentum pergantian penanggalan, dari Desember tahun sebelumnya ke Januari tahun yang baru serta segala konsekuensi yang mengiringinya. Pada senin lusa dan beberapa minggu setelahnya, saya tidak akan menemukan perubahan fisik dan suasana di kantor. Ruangan akan tetap sama, gaji belum akan naik dan bos serta staf masih yang itu juga. Karakteristik teman-teman yang saya temui juga masih sama. Kalaupun ada perubahan, sangat tak kentara sehingga saya tidak dapat merasakannya.

Terburu-buru dan terlalu maksa menciptakan resolusi di hari pergantian tahun tak akan efektif. Bukankah ada 365 hari dalam satu tahun? Bukankah ada hari-hari yang lebih istimewa dan bernilai spiritual - seperti hari-hari di bulan Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Natal, hari kehilangan seorang yang dicintai atau hari kelahiran-  dibandingkan sebuah hari pergantian tahun? 

Bagi saya tahun baru adalah sama dengan hari ‘biasa’ lainnya. Justru ada hari (momentum) yang lebih bermakna dan mendorong hati saya untuk ikhlas beresolusi. Hari-hari setelah kepergian ibu saya misalnya, saya bertekad untuk mengikuti sifat-sifat baiknya dan akan selalu mencintainya. Sepulang melaksanakan ibadah  haji, saya beresolusi untuk mundur dari kesibukan ‘dunia’ yang tidak jelas,  lebih dekat dengan anak dan kerabat serta kembali  merintis cita-cita saya untuk jadi penulis.  Tekad yang dibangun pada hari-hari tersebut, nyatanya dapat saya pelihara dengan baik dan perlahan diwujudkan . 

Malam tahun baru bagi saya sekedar hari libur, hari keluarga dan hari bergembira. Hari ini terlalu bising untuk membangun sebuah tekad. Bukankah peran kalbu – rumahnya tekad- lebih terasa di dalam ketenangan dan keprihatinan?

Tak perlu repot bikin resolusi di tahun baru. Nikmati saja datangnya tahun baru apa adanya dan tak berlebih-lebihan; menikmati kembang api yang dihamburkan ke udara, makan ubi dan jagung bakar seraya mengawasi anak-anak camping  di halaman rumah.  Perasaan ringan namun optimistik mungkin lebih membantu untuk memenangkan perjuangan di   tahun  2011 dibandingkan gundukan resolusi yang kemudian kehilangan daya juangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar