Memilih, bukan pekerjaan gampang
saat ini. Informasi bersilang-silang dan sering kali kebenaran
dijungkirbalikkan. Hanya yang menyediakan waktu untuk menyimak berita, berpikir
dan menganalisisnya lah yang akan peroleh hidayah. Yang tidak…, mereka akan terjebak
kepada fanatisme dan kebenaran semu.
Aku berusaha tidak terjebak
dalam perseteruan Gubernur Jakarta Ahok dengan Front Pembela Islam (FPI). Namun aku
memikirkan mereka sangat sering akhir-akhir ini, bertanya-tanya kepada diriku
sendiri dimana aku akan berpihak bila diharuskan memilih.
Ahok seorang kafir dan China,
tidak asli Indonesia. Itu poin yang melemahkan dirinya. Bagi kami yang
Indonesia asli, Orang China dikenal suka mementingkan diri sendiri. Semakin
kaya mereka, bertambah tinggi tembok yang mengitari rumahnya dan bertambah jumlah
anjing galak yang dipelihara. Tapi kok Ahok beda? Dia keras kepada semua orang
yang nyeleweng dari tugas dan tanggung jawabnya. Dia bersimpati kepada
masyarakat yang sering diabaikan atau dipalak oleh pegawai pemerintah. Dia
tidak (belum tersangkut) korupsi. Gak banyak pejabat pemerintah daerah seperti
dia saat ini.
Berbeda dengan orang-orang FPI,
mereka muslim semua. Sama dengan agama yang kuanut. Pimpinan dan tokoh pentingnya
keturunan Arab, juga tidak asli Indonesia. Mereka berwatak keras (sama seperti
Ahok), suka melabrak karaoke, tempat judi dan tempat maksiat lainnya. Mereka
juga suka malabrak siapa saja, bahkan pemerintah, jika menentang agenda mereka.
Banyak yang takut FPI kalau
mereka sudah mulai berkumpul, teriak-teriak dan memukul-mukul. Disitu lah aku
mulai tidak sepaham dengan tindakan mereka. FPI bukan hukum, walau mereka
merasa pandangan hidup mereka paling benar. Di negara yang multi kultur dan
agama, serta punya pemerintahan yang sah, menurutku FPI tidak boleh menjadi
hakim untuk orang lain. Siapa yang menunjuk mereka menjalankan peran
itu? Tidak ada! Apalagi jika benar mereka bisa dibayar untuk melindungi
seseorang atau untuk menghujat orang lain. Hukum dan kebenaran tidak boleh
diperdagangkan bukan…?
Memilih antara Ahok dan FPI, aku
membayangkan diriku berada di tengah adik-adikku. Jika mereka benar, aku akan
membela mereka. Namun jika mereka suka mencuri uangku, atau menekanku dengan
kehendak-kehendak yang liar, apakah aku akan terus mencintai mereka?
Agama Islam mengatakan Allah
menilai seseorang dari imannya. Bukan dari ras atau keunggulan pribadi
seseorang. Dalam masyarakat yang majemuk, prinsip Allah itu amat relevan.
Seseorang akan dinilai lebih tinggi, dihargai dan dipihaki jika ia membawa
manfaat banyak bagi orang lain. Sedangkan bagi yang suka bikin rusuh, yah… ke
laut aja!
tulisan yang hebat .. aku suka (y)
BalasHapusterima kasih Pak Riri. Kalo bpk sering menulis topik-topik tertentu untuk berbagi ilmu dan pengalaman/perjalanan, saya menulis lebih bertujuan mengurangi kegalauan. Semoga tulisan kita bermanfaat. Salam.
BalasHapus