Mengenai Saya

Foto saya
Jambi, Jambi, Indonesia
wonderful life starts from a wonderful heart

19 Oktober 2014

Belajar Kerendahan Hati Dari Jokowi

SIKAP rendah hati diajarkan semua agama. Tapi tidak mudah untuk mempraktikkannya karena godaan ego yang selalu ingin memproklamirkan kehebatan diri. Apalagi orang yang rendah hati sering dipandang sebelah mata, disalahtafsirkan sebagai ekspresi rendah diri dan tidak mampu berbuat apa-apa. Rendah hati itu tidak keren.

Dari sekian banyak puja puji untuk Jokowi, bagi saya kerendahan hatinya jauh lebih memikat. Banyak orang yang lebih pintar dari Jokowi. Yang lebih ganteng…hmm lebih banyak lagi (meski seraya berseloroh Jokowi bilang dirinya tak berbeda jauh ganteng dari artis sinetron Dude Herlino). Ia juga tidak  modis. Tapi soal kerendahan hati, dia amat menonjol.

Tanpa merasa capek, dia mendatangi tokoh bangsa satu persatu. Ia mencium tangan mereka, memeluk, memijat kaki dan mengambilkan kursi untuk mereka dengan spontan. Wajar jika tokoh gaek seperti KH. Hashim Muzadi dan Buya Ma’arif mengungkapkan rasa sayang dan dukungan kepadanya. Jokowi juga tidak keberatan mendatangi dan menyalami lawan politik atau orang-orang yang mencibir, menghina dan mengkritiknya. Semuanya dihadapi dengan ketenangan yang akan sulit  dilakukan oleh orang yang tidak memiliki karakter rendah hati.

Karena itu banyak orang Indonesia  dan dunia yang memperhatikan dan menaruh harapan kepadanya. A new hope – kata mereka. Dia menjadi teman orang miskin dan rakyat jelata dan mulai besok kewenangannya untuk membantu mereka-mereka yang terpinggirkan ini akan semakin besar. 

Apakah sulit menjadi sederhana dan rendah hati? Tidak juga. Bahkan gaya itu jauh lebih pas bagi orang-orang yang penghasilannya tidak banyak. Seperti saya ini! Gaya seperti itu mengurangi beban psikis karena dipaksa ego harus tampil hebat di hadapan orang lain, padahal uang tidak cukup atau prestasi biasa-biasa saja. Bagi mereka yang hidup berlimpah, mungkin akan sedikit sulit tapi kini tidak lagi, ...karena sudah ada contoh bagus di depan mata.

Meski kita masih menunggu apa yang akan dilakukannya untuk mengurangi permasalahan negara ini, setidaknya kita telah menggenggam satu teladan baik darinya. Rendah hati.

                                                             ** V **


Tidak ada komentar:

Posting Komentar